Sebanyak 15 orang tewas akibat penjarahan dan pembakaran di Papua Nugini pada Kamis (11/1). Perdana Menteri James Marape meminta warga tenang. Laporan media Australia, ABC, sebanyak delapan orang tewas di ibu kota Port Moresby. Sisanya di kota Lae yang berada di utara. Rusuh di negara tetangga Indonesia itu dipicu demo polisi dan sektor publik atas pemotongan gaji. Pejabat Papua Nugini mengungkap pemotongan tersebut hanya sebuah kesalahan administrasi. Meski demikian, pada Rabu kemarin ribuan orang turun ke jalan ibu kota Port Moresby. Warga terlihat menjarah toko dan asap tebal nampak di berbagai titik Port Moresby. Dalam konferensi pers Kamis (11/1) ini, PM Marape menyatakan kerusuhan sudah mulai reda. Tambahan aparat dikerahkan untuk menjaga ketertiban. “Polisi tidak bekerja dengan baik kemarin dan warga melanggar hukum, tidak semua warga, tapi terjadi di beberapa bagian kota,” ucap Marape seperti dikutip dari Reuters Kedubes Amerika Serikat di Port Moresby membenarkan polisi sudah kembali bekerja. Kendati demikian, ketegangan masih menyelimuti Papua Nugini. “Ketenangan relatif dapat berubah sewaktu-waktu,” kelas Kedubes AS. Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengatakan perwakilan negaranya di Papua Nugini memonitor situasi di sana. Ia menambahkan, Papua Nugini belum meminta bantuan keamanan ke Australia. Negeri Kanguru kerap memberikan bantuan keamanan ke tetangganya itu. “Kami mendesak agar kalian tenang pada waktu sulit ini. Kami belum menerima permintaan dari Pemerintah Papua Nugini,” kata Albanese. Sumber : KumparanNEWS