Peneliti Oxford Teliti Vaksin Nipah, Virus Mematikan dengan Kematian 75 Persen

Share this article :
Facebook
Twitter
LinkedIn

Ilmuwan Oxford kini tengah mengembangkan vaksin virus Nipah, pasca COVID-19 mereda. Virus Nipah dikenal mematikan dan sebagian besar ditemukan di Asia Selatan.
Persentase kasus fatal dibandingkan dengan COVID-19 bahkan jauh lebih tinggi yakni 75 persen dari total yang dilaporkan. Virus Nipah menular dari hewan seperti kelelawar atau babi, bisa pula berasal dari makanan yang terkontaminasi, sedikit kasus juga ditemukan menular antarmanusia.

Jika uji klinis vaksin Nipah berhasil, ini bakal menjadi vaksin pertama di dunia yang bisa mencegah risiko fatal akibat Nipah. Uji klinis sudah berjalan, selama sepekan terakhir relawan diberikan suntikan dari uji coba pertama vaksin Nipah.

Jika uji klinis vaksin Nipah berhasil, ini bakal menjadi vaksin pertama di dunia yang bisa mencegah risiko fatal akibat Nipah. Uji klinis sudah berjalan, selama sepekan terakhir relawan diberikan suntikan dari uji coba pertama vaksin Nipah.

Jakarta – Ilmuwan Oxford kini tengah mengembangkan vaksin virus Nipah, pasca COVID-19 mereda. Virus Nipah dikenal mematikan dan sebagian besar ditemukan di Asia Selatan.
Persentase kasus fatal dibandingkan dengan COVID-19 bahkan jauh lebih tinggi yakni 75 persen dari total yang dilaporkan. Virus Nipah menular dari hewan seperti kelelawar atau babi, bisa pula berasal dari makanan yang terkontaminasi, sedikit kasus juga ditemukan menular antarmanusia.

Jika uji klinis vaksin Nipah berhasil, ini bakal menjadi vaksin pertama di dunia yang bisa mencegah risiko fatal akibat Nipah. Uji klinis sudah berjalan, selama sepekan terakhir relawan diberikan suntikan dari uji coba pertama vaksin Nipah.

Uji Klinis Vaksin Nipah

Sekitar 51 orang berusia 18 hingga 55 tahun akan berpartisipasi dalam uji coba tersebut, dipimpin oleh Oxford Vaccine Group dan didanai Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).

Vaksin ini dikembangkan menggunakan teknologi vaksin ‘vektor virus’ yang serupa dengan besutan Universitas Oxford terkait vaksin COVID-19 milik AstraZeneca. Proyek ini akan berjalan selama 18 bulan, dengan uji coba lebih lanjut diperkirakan akan dilakukan di negara yang terkena dampak Nipah.

“Pekerjaan kami dalam mengembangkan vaksin Covid-19 sekarang akan membantu kami mempersiapkan vaksin Nipah ini untuk mendapatkan lisensi, memastikan kami siap untuk mencegah penyebaran wabah penyakit mematikan ini di masa depan.”

Profesor Brian Angus, peneliti utama uji coba dan profesor penyakit menular di Universitas Oxford, mengatakan virus Nipah pertama kali diidentifikasi pada tahun 1998, tetapi selama 25 tahun komunitas kesehatan global masih belum memiliki vaksin atau pengobatan yang disetujui untuk penyakit mematikan ini.

“Karena tingginya angka kematian dan sifat penularan virus Nipah, penyakit ini diidentifikasi sebagai patogen pandemi prioritas.”

“Uji coba vaksin ini merupakan tonggak penting dalam mengidentifikasi solusi yang dapat mencegah terjadinya wabah lokal, sekaligus membantu dunia bersiap menghadapi pandemi global di masa depan.”

Berita Populer

Berita Terbaru