Studi Temukan Ada Obat Diet dan Diabetes yang Picu Kebutaan

Share this article :
Facebook
Twitter
LinkedIn

Studi mengungkapkan bahwa pasien yang mengonsumsi obat penurun berat badan dan diabetes merek Wegovy dan Ozempic berisiko mengalami kebutaan pada satu mata.

Melansir dari Euronews, studi yang dipublikasikan JAMA Ophthalmology pada 2023 menemukan bahwa pasien diabetes yang mengonsumsi obat resep semaglutide dengan merek Wgovy dan Ozempic berisiko empat kali lipat mengidap neuropati optik iskemik anterior non-arteritik (NAION).

Studi yang mencakup catatan medis sekitar 17 ribu orang selama enam tahun ini juga mengungkapkan, pasien obesitas yang diberi resep obat tersebut berisiko tujuh kali lipat terkena NAION dibandingkan pasien yang tidak memakai obat tersebut.

Sebagai informasi, NAION adalah kondisi mata yang tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi tidak dapat diobati dan disembuhkan. NAION terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke saraf optik yang menghubungkan mata ke otak.

Jika aliran darah ke saraf optik berkurang, risiko kebutaan mendadak dan permanen pada salah satu mata semakin meningkat. Namun, penyakit ini sangat jarang terjadi, yakni “hanya” menyerang dua hingga sepuluh dari 100 ribu orang.

“Penggunaan obat-obatan ini telah ‘meledak’ di negara-negara industri dan memberikan manfaat yang sangat signifikan dalam banyak hal,” ujar penulis studi, Dr. Joseph Rizzo, dikutip Jumat (5/7/2024).

“Namun, pasien dan dokter harus mempertimbangkan NAION sebagai potensi risiko atas penggunaan obat tersebut,” lanjut direktur layanan neuro-oftalmologi di Massachusetts Eye and Ear itu.

Sebagai informasi, penelitian ini dilakukan setelah Rizzo dan para peneliti lainnya mendiagnosis tiga pasien yang mengonsumsi obat penurun berat badan. Berdasarkan hasil temuan, ketiga pasien tersebut mengidap NAION dalam kurun waktu satu minggu.

Akibat temuan tersebut, para peneliti menelusuri data pasien secara retroaktif sehingga mereka dapat mengidentifikasi hubungannya. Terlebih, kondisi medis NAION tergolong langka.

Sebagai catatan, penelitian ini melibatkan sampel pasien dengan penyakit mata langka dalam jumlah yang sangat besar sehingga berpotensi mengubah hasil.

Namun, analisis menunjukkan bahwa pasien berisiko tinggi mengalami NAION pada tahun pertama setelah mengonsumsi resep semaglutide. Jika mengacu pada periode tersebut, kondisi yang dialami pasien berpotensi disebabkan oleh obat.

Para peneliti mengatakan hasil mereka “signifikan tetapi tentatif” dan mereka memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara semaglutide dan kehilangan penglihatan.

“Karena diabetes diketahui merupakan faktor risiko NAION, pasien diabetes yang memenuhi syarat untuk pengobatan GLP-1 mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami (kondisi ini),” jelas juru bicara klinis American Academy of Ophthalmology, Dr. Andrew Lee.

“Jenis penelitian yang dilakukan di sini sangat membantu dalam mengidentifikasi hubungan potensial antara pengobatan GLP-1 dan NAION, tetapi ini bukan jenis penelitian yang dapat menunjukkan pengobatan menyebabkan NAION,” kata dokter spesialis mata di Houston Methodist Hospital di Amerika Serikat (AS) itu.

Penelitian lain menunjukkan bahwa obat antiobesitas dapat mengurangi risiko kanker, serangan jantung, dan stroke. Namun, obat tersebut juga dikaitkan dengan masalah perut yang jarang terjadi, tetapi diklaim parah.

“Temuan baru ini sangat relevan bagi orang-orang dengan masalah saraf optik lain, seperti glaukoma atau sudah kehilangan penglihatan yang signifikan karena sebab lain,” kata Rizzo.

Sebagai informasi, semaglutide yang termasuk dalam kelas obat agonis reseptor glukagon-like peptida-1 (GLP-1) semakin populer sejak produsen obat Denmark, Novo Nordisk meluncurkan Ozempic untuk mengobati diabetes pada 2017 dan memperkenalkan Wegovy sebagai obat pengatur berat badan pada 2021.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat mengeluarkan pernyataan terkait peredaran obat Ozempic di Eropa dan Amerika pada akhir 2023 lalu.

Menurut keterangan WHO, ada tiga batch obat diabetes semaglutide dengan merek OZEMPIC palsu yang beredar di Brasil, Inggris Raya, Irlandia Utara, dan Amerika Serikat (AS). Adapun Brasil, Inggris Raya, dan Irlandia Utara mendeteksi peredaran obat palsu ini pada Oktober 2023. Sementara itu AS pada Desember 2023 lalu.

“Produk palsu ini telah terdeteksi di Brasil, Kerajaan Inggris Raya, Irlandia Utara, dan AS. Produk ini dipasok dalam rantai pasokan yang diatur,” tulis laporan WHO.

Berikut rincian hasil konfirmasi produsen asli OZEMPIC terkait peredaran obat palsu yang dimaksud.

  1. Nomor batch LP6F832 tidak dikenali.
  2. Kombinasi nomor batch NAR0074 dengan nomor seri 430834149057 tidak sesuai dengan catatan produksi asli
  3. Nomor batch MP5E511 asli, tetapi produk tersebut dipalsukan

 

Sumber : CNBC INDONESIA

Berita Populer

Berita Terbaru